Investasi Saham

Investasi dalam surat-surat berharga, khususnya saham selain memberikan capital gain-yaitu selisih antara harga penjualan dan pembelian sebuah saham, juga menghasilkan dividen yang umumnya dibayarkan setiap tahun. Besarnya dividen sering tidak seberapa jika dibandingkan dengan capital gain. Oleh karena itu, baik trader, maupun investor biasanya lebih mengharapkan capital gain dibandingkan mendapatkan dividen. Meskipun resiko (risk) berinvestasi saham lebih besar dibandingkan dengan resiko berinvestasi di instrument investasi lainnya seperti deposito, obligasi atau properti, namun hasil (return) investasinya umumnya lebih tinggi. Investasi saham juga sangat fleksibel. Pemilik saham dapat menjual kapan saja, baik sebagian maupun seluruh sahamnya, apabila membutuhkan dana mendesak. Ini sangat berbeda dengan berinvestasi tanah, rumah, atau emas.

Selain itu, saham merupakan instrument investasi yang sangat likuid, karena perdagannta menganut system prinsip good delivery and good fund. Artinyak investor dijamin mendapatkan saham (apabila membeli) dan dana (apabila menjual), pada hari ketiga setelah transaksi dilakukan, atau dikenal dengan T+3. Meskipun begitu berinvestasi saham juga memiliki resiko. Dua resiko terbesar adalah mengalami capital loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, serta opportunity loss, yaitu kerugian yang terjadi karena perusahaan atau emiten dilikuidasi. Investasi saham blue chips merupakan istilah untuk saham perusahaan-perusahaan yang menjadi leader dikelasnya dan yang memiliki kondisi keuangan yang sangat baik. Umumnya emiiten yang diklasifikasikan ke dalam golongan ini merupakan perusahaan besar, bahkan raksasa, dan setiap tahun secara konsisten selalu membagian deviden sebagai bagian dari keuntungan perusahaan. Produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan-perusahaan blue chips umumnya merupakan produk atau jasa berkualitas tinggi (high-quality) dan dijual secara luas. Perusahaan-perusahaan yang termasuk golongan ini biasanya mempunyai kontribusi langsung terhadap pertumbuhan Produk Domestic Bruto (PDB) suatu Negara. Istilah blue chips sendiri diambil dari permainan poker, yang menggambarkan nilai tertinggi yang dimiliki oleh sebuah kartu.

Dilihat dari analisa tenikal (technical analysis), investasi saham blue chips merupakan saham-saham yang memiliki nilai koefisien beta (ukuran elastisitas sebah saham terhadap pasar secara keseluruhan yang dihitung menggunakan analisa) lebih rendah volatilits harga (price volatility) yang tidak terlalu besar serta umumnya memberikan tingkat pengembalian modal (rate of returns on capital invested) yang lebih pasti namun lebih kecil dibandingkan dengan saham-saham yang termasuk saham-saham lapis kedua (second liner stocks) maupun saham-saham lapis ketiga (third liner stocks).

Di Indonesia, saham-saham yang dikategorikan sebagai saham blue chips  antara lain saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM), Indosat (ISAT), Astra International (ASII), Perusahaan Gas Negara (PGAS), Bank Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bumi Resources (BUMI).

 

Sumber : http://www.analisasaham.net/

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *